ANAK BERBAKAT

Bagaimana Pertengkaran Orang Tua Berdampak pada Anak

25 June 2021 23:21

Dalam sebuah hubungan, pasti terjadi pertengkaran atau argumen, biarpun dalam hubungan yang sehat sekalipun. Walau terdengar negatif, pertengkaran atau argumen yang sehat sebenarnya dapat memberi pelajaran pada anak  seperti mengenai penyelesaian konflik (conflict resolution) dan bagaimana cara berdebat dan lain-lain. Namun hal ini tidak benar atau tidak berlaku pada pertengkaran yang tidak sehat. Pertengkaran yang tidak sehat adalah pertengkaran dimana kedua orang tua saling mengatai, menggunakan kata-kata kasar, dan bahkan mengancam untuk pergi atau meninggalkan pasangannya, dan lain-lain. Hal tersebut mengajarkan anak bahwa komunikasi negatif dan pertengkaran yang tidak sehat adalah suatu hal yang normal. Anak-anak dapat dengan mudah mengikuti orang dewasa karena anak-anak mudah menyerap informasi dan situasi sekelilingnya seperti spons. Hal tersebut dikarenakan keadaan natural anak-anak untuk mengikuti pengasuhnya (orang tua; caregivers) agar terbentuknya perilaku-perilaku tertentu pada awal-awal. Dengan banyaknya negativitas yang terekspos pada anak, mereka bisa membangung rasa ketidakpercayaan pada hidup. Anak-anak yang terbiasa dengan lingkungan negatif akan berasumsi bahwa dunia itu buruk dan seberapapun positivitas yang ada, negativitas akan selalu menang, hal ini bisa termasuk pandangan mereka akan diri mereka sendiri.



Pertengkaran dan argumen tidak hanya mengajari anak untuk mengembangkan perilaku-perilaku tertentu, hal tersebut dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental mereka. Ditemukan bahwa anak-anak dari orang tua yang bertengkar tidak sehat secara berlebih cenderung memiliki self-esteem yang rendah. Hal ini dikarenakan pertengkaran mengancam rasa keamanan (sense of security) anak terhadap stabilitas keluarga. Anak-anak menjadi khawatir, mereka akan bertanya-tanya pada diri mereka sendiri kapan pertengkaran kedua orang tua mereka akan selesai atau kapan pertengkaran selanjutnya akan terjadi. Lingkungan yang penuh tekanan (stressful environment) inilah yang tidak baik untuk perkembangan anak dalam berbagai aspek.


  1. Aspek Emosional 

Anak-anak dapat merasa ditinggalkan atau ditelantarkan oleh orang tua yang lebih terfokus pada pertengkaran. Hal ini dapat membuat ketengangan dalam hubungan orang tua dan anak karena kurangnya perhatian yang diberikan atau karena orang tua memproyeksikan (melampiaskan) argumen dengan suami atau istrinya pada anak.

  1. Aspek Kognitif 

Anak-anak dapat menerima konsekuensi dari pertengkaran orang tua melalui performa mereka di sekolah karena mereka masih membutuhkan orang tua untuk membantu mereka belajar di rumah, mengerjakan tugas, dan menyiapkan perlengkapan sekolah. Dengan orang tua yang terlalu terfokuskan pada pertengkaran, anak-anak tidak bisa mendapatkan dukungan atau bantuan yang mereka butuhkan sehingga performa akademis mereka akan kurang dibandingkan anak-anak lain.

  1. Masalah dengan Hubungan

Melihat sejak dini bahwa pertengkaran dalam hubungan dapat menjadi sangat buruk dapat merusak pandangan anak terhadap hubungan, terutama pada hubungan romantis. Perkelahian yang berlebih dapat membuat anak-anak tidak percaya lagi pada hubungan atau bahkan memiliki perilaku toxic dalam hubungan (contoh : memaki pasangan, menuduh pasangan, dll.)

  1. Masalah Perilaku

Seperti yang diucapkan sebelumnya, anak-anak seperti spons, mereka menyerap, belajar, dan mengikuti dengan mudah karena itulah insting dasar mereka. Dengan kondisi anak yang terekspos pada perilaku buruk, anak-anak juga dapat mengikuti perilaku yang sama. Contoh, seorang anak memukul anak lainnya saat sedang berargumen karena anak tersebut melihat ibunya memukul ayahnya saat bertengkar.

  1. Isu Fisik

Telah diketahui bahwa stress dapat mengakibatkan masalah dalam kesehatan. Hal ini juga bisa terjadi pada anak-anak. Ketika anak berhadapan dengan lingkungan yang penuh tekanan (stressful environment), kesehatan mereka pun akan terkompromi. Emotional stress yang muncul dapat menyebabkan suatu hal yang para ahli kesehatan katakan penyakit psikosomatis atau symptom psikosomatis (psychosomatic illness/psychosomatic symptoms). Penyakit psikosomatis adalah penyakit yang didasari dari stress yang memiliki simptom fisik seperti sakit kepala, migraine, atau panas dan bahkan simptom yang lebih mengkhawatirkan seperti gangguan gastrointestinal, insomnia, dermatitis, dan bahkan maag. 

  1. Pandangan Hidup yang Negatif

    Dengan banyaknya negativitas yang terekspos pada anak, mereka bisa membangung rasa ketidakpercayaan pada hidup. Anak-anak yang terbiasa dengan lingkungan negatif akan berasumsi bahwa dunia itu buruk dan seberapapun positivitas yang ada, negativitas akan selalu menang, hal ini bisa termasuk pandangan mereka akan diri mereka sendiri.