Psikolog: Apakah Anak Saya Membutuhkannya?
01 February 2021 08:00Apa yang akan anda lakukan bila anda sakit? Hal logis yang seharusnya dilakukan adalah untuk pergi ke dokter dan mendapatkan obat yang dapat membantu anda menjadi lebih baik. Walaupun simptom tidak begitu serius, orang akan pergi ke dokter untuk didiagnosa. Namun bagaimana bila simptom tersebut samar-samar dan tidak bisa dilihat hingga kita mengira hal tersebut bukan apa-apa? Bagaimana bila simptom tersebut sangatlah generik sehingga kita tidak dapat mengidentifikasikan hal tersebut sebagai suatu hal yang ‘tidak normal’? Bagaimana bila simptom tersebut dalam bentuk perilaku sehari-hari hingga dapat dan akan diasumsikan sebagai suatu perilaku yang dilakukan dalam frekuensi tinggi? Di sinilah psikolog turun tangan.
Pertama, mari kita jawab pertanyaan yang sudah ada sejak dulu. Psikolog dan psikiater, apa perbedaan mereka? Kita simplifikasi jawaban, psikiater adalah dokter sementara psikolog bukan. Namun hal tersebut tidak berarti pekerjaan psikolog dipermudah begitu saja karena kedua pekerjaan bekerja bersama-sama. Cara mereka bekerja adalah orang mendatangi psikiater untuk di-assess, dan bila dibutuhkan, akan diberikan obat. Bersamaan dengan diberikannya obat, psikiater tersebut juga akan me-refer klien pada psikolog (terapis) yang akan membantu dalam bentuk konseling. Namun, normal juga bagi seseorang untuk mendatangi psikolog terlebih dahulu sebelum mendatangi psikiater. Sekarang, pusat assessment menaruh psikolog anak dan psikiater untuk meng-assess klien bersamaan.
Seperti profesi profesional lainnya, ada kekhususan yang bisa diterapkan oleh seseorang. Dalam konteks ini, psikolog anak adalah psikolog yang bekerja dengan anak dari usia dini 2-3 tahun hingga dewasa muda (18-19 tahun). Anak dan dewasa muda pada umur tersebut cenderung mengalami dan melewati kehilangan, stress (dari keluarga, sekolah), beradaptasi dengan perubahan, disabilitas pembelajaran dan bahkan penyakit mental. Ya, ada anak-anak semuda bayi yang mengalami stress dan dari hal tersebut hanya terdapat dampak buruk, oleh karena itu harus adanya penanganan dini, yang berarti anak harus mendapatkan support yang mereka butuhkan sebelum situasi mereka memburuk.
Pergi ke psikolog bukanlah suatu hal yang bersifat mandatori. Namun layaknya vitamin, mereka cenderung menjadi sebuah langkah pencegahan dibandingkan tindakan kombatif, pergi ke psikolog memiliki dampak yang lebih menguntungkan dari yang orang biasa mungkin pikirkan. Kita tahu bahwa penyakit, baik dalam bentuk fisik maupun mental, lebih baik dicegah seawal mungkin. Simptom psikologis lebih sulit untuk dilihat karena simpto tersebut dapat berbentuk seperti suatu hal simpel seperti sirkulasi tidur yang tidak lazim hingga bentuk yang lebih kompleks seperti munculnya perilaku aneh dan/atau agresif terhadap orang-orang tertentu karena alasan yang tidak diketahui.
Psikolog dapat membantu meng-assess anak secepatnya simptom tersebut dapat di diagnosa. Sulit bagi kita yang tidak dilatih dan diajar untuk membedakan perilaku normal dalam kondisi general dan membuat diagnosa yang tepat mengenai kondisi anak, kebanyakan dari kita tidak memiliki sensitivitas setajam mereka yang sudah terlatih di bidang tersebut. Isu perilaku dapat menjadi rumit, terutama pada anak, karena perilaku mereka biasa dianggap sebagai perilaku anak-anak atau kekanakan dan bukan suatu hal yang lebih, suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Nyatanya, bila anak mulai mengembangkan minat yang dianggap aneh (hal-hal yang gelap dan menyeramkan seperti kematian) dan/atau perilaku aneh (menyiksa serangga yang nantinya berkembang menjadi hewan-hewan kecil, melukai teman tanpa alasan tertentu), tindakan tertentu harus diambil secepatnya karena minat dan/atau perilaku tersebut dapat berkembang menjadi sebuah disorder.